Semilir angin malam
t’lah membangunkan larut
tidurku
Ketika kucelikkan
mataku yang lelap,
Kusadari rasa
dingin menyentuh dua pipiku
aliran air bening beku yang tercurah keluar
dari dua kantong mata kecilku
.bagai embun kristal nan bisu
dari dua kantong mata kecilku
.bagai embun kristal nan bisu
hingga menyebar turun
dan menyerap
kulit jiwaku
dan menyerap
kulit jiwaku
Saat
rebahan tubuh
rebahan tubuh
dengan biji mata berkaca
kupandang tajam di balik
langit-langit bilik kamarku,
tepat di atas tempat tidurku,
kupandang tajam di balik
langit-langit bilik kamarku,
tepat di atas tempat tidurku,
yang keras dan sengat berbau
Kulihat bayang
wajahmu
menoleh jauh,
menoleh jauh,
memandang tinggi ke arah muka
dan berdiam lunglai bersama air mata.
sembari berpikir tentang diriku
yang tidak lagi mencintaimu
dan berdiam lunglai bersama air mata.
sembari berpikir tentang diriku
yang tidak lagi mencintaimu
Dan berguman kan banyak
wanita dambaan yang ku tunggu
wanita dambaan yang ku tunggu
Sungguh,
Niatan dan bayangan itu
tidaklah laku.
Isi hatiku - jiwa ragaku
kantong pikiranku
lorong bathinku
tak pernah tersimpan
penghianatan cinta
Sadar aku
dan tahu aku
Tidak ada wanita
lain manapun
yang mampu mengalahkan
yang mampu mengalahkan
sosok dirimu,
isi hatimu,
tutur katamu,
akal budimu,
kebaikanmu,
kepribadianmu,
keanggunanmu dan
keterpesonaanmu
yang trus tertanam keras
di dalam relung bathinku
Aku mengerti
semua ketulusanmu dan pemberianmu
semua ketulusanmu dan pemberianmu
Aku pun mengagumi keindahan hatimu yang terdalam
Aku pun tahu suara teriakan kerinduanmu untuk bertemu
Aku pun tahu suara teriakan kerinduanmu untuk bertemu
Aku pun juga ingin bertemu dan memelukmu
seperti awan putih yang selalu setia
memeluk dan menyelimuti
gunung-gunung
Namun,
duduklah sekejap dengan bathinku
tuk menatap lorong hatiku
seperti awan putih yang selalu setia
memeluk dan menyelimuti
gunung-gunung
Namun,
duduklah sekejap dengan bathinku
tuk menatap lorong hatiku
Dan melihat seluruh kelemahan
dan kekuranganku
yang terus bergejolak tuk bersikap adil
pada dirimu
Kan kau lihat, betapa
Jiwaku masih terus bergulat
pada dirimu
Kan kau lihat, betapa
Jiwaku masih terus bergulat
dengan kelemahan dan
kekuranganku
yang membentuk diriku merasa
bukan manusia yang bergerak maju
bukan manusia yang bergerak maju
secepat angin laut yang sejuk
dan setangkas kilat
yang terang
yang terang
Sadar aku
sebagai insan dewasa,
aku pun tidak dewasa
sebagai insan dewasa,
aku pun tidak dewasa
Sadar aku,
sebagai laki-laki ,
sebagai laki-laki ,
aku pun tidak
seperti laki-laki
Pikiran dunguku
selalu membuat buntu
seluruh eksistensiku
sebagai laki-laki sejati.
Maafkanlah aku,
atas kejadian lalu
Ketika diriku hanyut
dihantam amarah jiwa,
Mataku gelap
dan menjadi buta menolak mesra
Nafasku menjadi sesak
dan mengeluarkan cairan busuk
Dan suaraku menjadi
parau dan menusuk kerongkongan
Sehingga ketika kau
tahu diriku kalap
aku yang mulanya
manusia
berubah bentuk
menjadi
binatang bau
yang berkumbang
di dalam
lumpur
di dalam
lumpur
Di saat itu,
Aku pun sadar
telah kehilangan jati diriku;
telah kehilangan jati diriku;
Sifatku garang dan
buas seperti binatang
langka
yang tidak lagi mau berkembang biak
Seusai itu,
diriku hanya bisa
diam mengambang
di tengah lautan
penyesalan
dan kekesalan jiwa
Semua telah berlalu,
Aku tidak pernah mau
menyerah layu
menjadi laki-laki dewasa
Kan trus ku buktikan bahwa
Aku lah laki-laki sejati
dan insan dewasa
Sekalipun butuh waktu
untuk membangun jiwa
Namun aku percaya
bahwa
kekuatan cintamu mampu menolong aku
kekuatan cintamu mampu menolong aku
Sekalipun diriku belum dewasa
namun, pikiran
dan cintaku
selalu utuh hanya untukmu
Maafkanlah aku,
selalu utuh hanya untukmu
Maafkanlah aku,
Beribu penyesalanku
mungkin belum mampu
mungkin belum mampu
menyembuhkan dirimu
dan luka-lukamu
Namun, sampai detik
inipun aku tidak akan pernah
Meninggalkanmu dan
akan terus mencintaimu
seperti yang kau
inginkan
dalam hidupmu.
Berawal hari ini dan seterusnya
izinkanlah aku untuk menebus
kesalahan dan
dosa-dosaku
Berawal hari ini dan seterusnya
izinkanlah aku untuk menebus
kesalahan dan
dosa-dosaku
Selasa, 25 Juli 2012